Sunday, October 01, 2017

Antara Bencana dan Maksiat !


Penting sekali bagi kita semua untuk mengetahui bahwa Hubungan antara Bencana dan maksiat itu erat sekali. Bencana besar yang kita saksikan hingga hari ini terjadi lebih karena maksiat dan kemungkaran yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Walaupun bisa diterangkan secara ilmiah, tetapi itu sudah merupakan ketetapan Allah seperti telah diterangkan dalam Al Quran, Allah SWT berfirman : 

Surat An Nisa :79 : Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja BENCANA yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Surat Al An'am :63 : Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari BENCANA di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (BENCANA) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur".

Surat Al A'raf :168 : Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (BENCANA) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).

Surat Yunus :23 : Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (BENCANA) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah keni′matan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Surat An Nahl :45 : Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari BENCANA) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari.

Menurut rumus populernya, Risiko Bencana terjadi karena adanya faktor Bahaya (H/Hazard), Kapasitas (C/Capacity) dan Kerentanan (V/Vulnarability) sebagaimana rumus berikut:



Kemungkinan Bencana akan menjadi tinggi kemungkinan terjadi jika Tingkat bahaya tinggi, kerentanan tinggi dan kapasitas rendah. Kemaksiatan sendiri memegang peran dalam meningkatkan nilai H (Bahaya). Semakin banyak kemaksiatan terjadi, maka bencana akan semakin berpeluang terjadi. Apalagi kalau sekiranya maksiat terkesan diabaikan. Misalnya jika perzinaan terjadi, yang terkena dampak adalah 40 rumah ke masing-masing empat penjuru mata angin. Bayangkan jika ini terjadi berulang-ulang.

Kota Padang adalah daerah sebagai contoh terbaik.

Setelah era reformasi, arus informasi menjadi sangatlah lancar. Setiap kejadian bencana bisa diketahui secara cepat. Pada saat pemerintahan SBY, terjadi bencana besar gempabumi dan tsunami di Aceh. Kemudian berturut-turut bencana lainnya di berbagai daerah. Sudah rahasia umum kalau terjadi kemaksiatan parah di barat aceh dan pertumpahdarahan pada saat DOM (Daerah Operasi Militer) di negeri Serambi Mekah ini. Kejadian tsunami terlihat seperti pembersihan secara total dan masif terhadap kekotoran yang dilakukan manusia di sana.

Antara 2002 hingga 2012, Kota Padang sendiri dipimpin oleh walikota yang bisa dikatakan kurang amanah terhadap rakyatnya. Di sepanjang pantai mulai dari Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Padang Selatan, Padang Barat, Padang Utara hingga Koto Tangah, kemaksiatan seperti dibiarkan. Kadang sekali-sekali terjadi razia tapi tidak berefek. Kemaksiatan berjalan terus. Semua orang tahu mengenai tenda ceper, pondok bukit lampu, pantai pasir jambak yang menjadi populer di kalangan anak muda. Malah sampai ada istilah Asmara Subuh di bulan Ramadhan, Nauzubillah. 

Di samping itu, acara orgen tunggal terutama saat ada hajatan pernikahan yang seringnya diisi acara joged dengan wanita-wanita berpakaian minim, mabuk-mabukan, judi, menjadi seperti kebiasaan. Tidak hanya di Padang, kondisi ini juga ditemui di wilayah Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman. Miris memang di nagari yang seharusnya memegang prinsip "Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah". 

Puncak kondisi ini terjadi pada tahun 2009. Gempa besar 7,6 SR mengguncang Sumatera Barat, dengan episenter di barat Padang Pariaman. Korban berjatuhan lebih dari 1000 jiwa. Korban terbanyak adalah di Kota Padang. Karena banyaknya gedung rubuh saat puncak aktifitas di sore hari. 

bersambung...






















0 Komentar:

Post a Comment

Mohon Maaf, saya terpaksa membatasi komen di laman saya hanya untuk yang memiliki akun google, berhubung ada yang suka nge-spam di blog ini. Harap dimaklumi..

Created By Sora Templates