Kehidupan Sehari-hari Alien di Negeri Sakura
Kehidupan sehari-hari di Jepang bisa dikatakan menyenangkan dan menantang bagi saya sebagai seorang asing di kota besar Tokyo. Ya benar, kehidupan di Tokyo sangatlah menantang. Jangan dibayangkan akan sama seperti Jakarta karena kehidupan disini seperti dirancang berjalan sesuai dengan jamnya setiap hari. Jam kerja memang hanya untuk bekerja, dan untuk itu para pekerja difasilitasi dengan sempurna. Mulai dari penitipan anak, sarapan, hingga transportasi. Sebagai orang asing, saya tentunya juga harus mengikuti irama hidup orang-orang bekerja di kota ini. Baiklah akan saya berbagi sedikit keseharian ini.
Setiap pagi seperti biasa hari senin (sampai Jumat), saya selalu mengawali hari dengan ibadah sholat subuh. Kalau musim panas shalatnya bisa pukul 2.30 dini hari. Akibatnya setelah itu tetap harus menyambung tidur hingga pukul 6.00 pagi. Sebaliknya pada musim dingin, sholat subuhnya bisa pukul 6.00 pagi. Sehabis subuh dilanjutkan dengan mempersiapkan sarapan pagi. Setelah itu membangunkan dua putri kecilku yang masih tidur nyenyak untuk siap-siap berangkat sekolah.
Setelah sarapan, selanjutnya aktivitas berlanjut dengan mengantarkan si bungsu ke penitipan anak (daycare/hoikuen), bilamana si sulung bisa berangkat bersama-sama teman-temannya ke sekolah dasar tidak jauh dari lingkungan rumah. Tentu saja isteriku yang sedang menempuh S3 di Tokyo University juga ikut berangkat berbarengan. Setelah serah terima si kecil dengan pihak daycare tepat pukul 08.00 a.m, saya segera secepatnya ke stasiun. Setelah 15 menit mengayuh sepeda, sampailah di tempat parkir murah, seharian parkir cuma 100 yen. Dan langsung lari secepatnya ke subway.
Saya tinggal di daerah Machiya Tokyo, dan tempat kerja partime di Hotel Hilton International Tokyobay daerah Maihama, dekat dengan Disneyland. Untuk kesana harus 3 kali ganti kereta dan untuk pindah kereta harus cepat karena telat sedikit saja akan ketinggalan. Tau kan, kalau mengenai jadwal, Jepang nomor satu. Dari stasiun Maihama pun harus nyambung lagi dengan bus khusus yang jarak keberangkatan satu bus ke yang lainnya bisa 15 sampai 30 menit.
Sesampainya di tempat kerja pun harus segera naruh time card supaya ngga kepotong bayaran. Kerja sehari biasanya 5 jam kecuali pas hari libur, bisa overtime. Berhubung dengan kewajiban menjemput si kecil maka harus tepat waktu. Jadi pada saat selesai kerja, walaupun ditanya apakah bisa overtime, saya tetap tegas untuk mengatakan tidak bisa. Setelah selesai kerja, maka tahapan kejadian akan kebalikannya dengan yang terjadi sebelum bekerja.
Dimulai dengan naik bus pukul 15.00 p.m, gonta-ganti kereta lagi sebanyak 3 kali dan naik sepeda secepat-cepatnya ke daycare (hoikuen). Setelah jemput si bungsu (pukul 17.00 p.m), kembali ke apato (apartemen) karena di sulung sudah menanti di depan pintu nungguin pintu dibuka karena dia memang sekolah fullday sampai jam 5 p.m. Selanjutnya kembali kepada rutinitas sampai waktunya tidur.
Begitulah keseharian saya sebagai orang asing aka alien khususnya di hari kerja saat tinggal di kota besar seperti Tokyo, Jepang. Capek memang, karena selain kerja partime yang menuntut kekuatan fisik, perjalanannya pulang pergi juga menuntut stamina prima. Tapi kalau sudah terbiasa, semuanya malah menyehatkan. Tubuh jarang sakit dan badan terasa segar sepanjang hari.
Sekilas tampaknya biasa saja sibuknya. Tapi pada prosesnya sangatlah luar biasa. Saat mengantar anak ke daycare harus on time pukul 08.00 kalau tidak akan merentet dengan keterlambatan naik kereta. Bisa dibayangkan dari sana saya harus menggenjot secepatnya sepeda khusus bertempat duduk anak ke stasiun selama 15 menit, kemudian naik berdesakan di kereta dan berlarian secepat-cepatnya bersama orang-orang jepang yang juga sangat terburu-buru ganti kereta. Kemudian pergantian terakhir juga berlari kencang turun naik tangga yang lumayan tinggi-tinggi sejauh 500 meter kalau tidak mau ketinggalan kereta. Dan terakhir berlari ke tempat naik bus. Kalau semua rutin dilakukan selama sebulan, kebayang kalo orang bertubuh gemuk akan menjadi langsing. Belum lagi pekerjaan yang menuntut kemampuan fisik, membuat tubuh menjadi lebih berotot.
Proses berulang tentunya selepas kerja seperti yang saya ceritakan di atas. Kalo menjemput anak sampai melewati waktu yang ditetapkan maka pihak daycare (hoikuen) akan menelpon orang tua yang menjemput. Akan sangat memalukan tentunya.
Itulah sedikit cerita dari seorang alien, orang asing, orang tua yang bekerja parttime di negara super nyaman, aman dan menjunjung etos kerja luar biasa bernama jepang.
Saya tinggal di daerah Machiya Tokyo, dan tempat kerja partime di Hotel Hilton International Tokyobay daerah Maihama, dekat dengan Disneyland. Untuk kesana harus 3 kali ganti kereta dan untuk pindah kereta harus cepat karena telat sedikit saja akan ketinggalan. Tau kan, kalau mengenai jadwal, Jepang nomor satu. Dari stasiun Maihama pun harus nyambung lagi dengan bus khusus yang jarak keberangkatan satu bus ke yang lainnya bisa 15 sampai 30 menit.
Sesampainya di tempat kerja pun harus segera naruh time card supaya ngga kepotong bayaran. Kerja sehari biasanya 5 jam kecuali pas hari libur, bisa overtime. Berhubung dengan kewajiban menjemput si kecil maka harus tepat waktu. Jadi pada saat selesai kerja, walaupun ditanya apakah bisa overtime, saya tetap tegas untuk mengatakan tidak bisa. Setelah selesai kerja, maka tahapan kejadian akan kebalikannya dengan yang terjadi sebelum bekerja.
Dimulai dengan naik bus pukul 15.00 p.m, gonta-ganti kereta lagi sebanyak 3 kali dan naik sepeda secepat-cepatnya ke daycare (hoikuen). Setelah jemput si bungsu (pukul 17.00 p.m), kembali ke apato (apartemen) karena di sulung sudah menanti di depan pintu nungguin pintu dibuka karena dia memang sekolah fullday sampai jam 5 p.m. Selanjutnya kembali kepada rutinitas sampai waktunya tidur.
Begitulah keseharian saya sebagai orang asing aka alien khususnya di hari kerja saat tinggal di kota besar seperti Tokyo, Jepang. Capek memang, karena selain kerja partime yang menuntut kekuatan fisik, perjalanannya pulang pergi juga menuntut stamina prima. Tapi kalau sudah terbiasa, semuanya malah menyehatkan. Tubuh jarang sakit dan badan terasa segar sepanjang hari.
Sekilas tampaknya biasa saja sibuknya. Tapi pada prosesnya sangatlah luar biasa. Saat mengantar anak ke daycare harus on time pukul 08.00 kalau tidak akan merentet dengan keterlambatan naik kereta. Bisa dibayangkan dari sana saya harus menggenjot secepatnya sepeda khusus bertempat duduk anak ke stasiun selama 15 menit, kemudian naik berdesakan di kereta dan berlarian secepat-cepatnya bersama orang-orang jepang yang juga sangat terburu-buru ganti kereta. Kemudian pergantian terakhir juga berlari kencang turun naik tangga yang lumayan tinggi-tinggi sejauh 500 meter kalau tidak mau ketinggalan kereta. Dan terakhir berlari ke tempat naik bus. Kalau semua rutin dilakukan selama sebulan, kebayang kalo orang bertubuh gemuk akan menjadi langsing. Belum lagi pekerjaan yang menuntut kemampuan fisik, membuat tubuh menjadi lebih berotot.
Proses berulang tentunya selepas kerja seperti yang saya ceritakan di atas. Kalo menjemput anak sampai melewati waktu yang ditetapkan maka pihak daycare (hoikuen) akan menelpon orang tua yang menjemput. Akan sangat memalukan tentunya.
Itulah sedikit cerita dari seorang alien, orang asing, orang tua yang bekerja parttime di negara super nyaman, aman dan menjunjung etos kerja luar biasa bernama jepang.