Saturday, January 12, 2013

Salju di Jerusalem dan Arab Saudi... Keajaiban Dunia


Musim dingin melanda kota suci tiga agama Yerusalem, yang terburuk dalam 20 tahun. Sekolah-sekolah dan jalan tol ditutup, saat salju setebal 20 cm menyelimuti pusat kota. Transportasi massa tidak beroperasi, sedangkan kendaraan pribadi terjebak di tengah cuaca buruk.Tumpukan salju menebal setelah selama lima hari cuaca buruk, hujan, angin, dan salju. Suhu udara juga turun di bawah titik beku. Meski temperatur dingin biasa dirasakan di Yerusalem, salju yang bertumpuk itu fenomena luar biasa. Jalan raya yang menghubungkan Yerusalem-Tel Aviv ditutup, sementara warga Palestina di Tepi Barat juga merasakan dinginnya salju. Belasan orang lainnya terpaksa mengungsi dari rumah mereka yang kebanjiran. Elisha Peleg, petugas gawat darurat di Yerusalem mengimbau warga untuk tetap tinggal di rumah dan menjauhi jalanan. "Area pusat kota diselimuti salju putih," kata dia, seperti dimuat Daily Mail, Jumat (11/1/2013).

Ia mengakui, ini luar biasa. Tak pernah salju turun sederas ini. "Bahkan sesepuh di Yerusalem tak ingat, kapan salju pernah turun sebesar ini."Badan Meteorologi Palestina mengatakan, ketebalan salju di Ramallah, Yerusalem Timur, dan Bethlehem mencapai 10-20 cm. Di Hebron bahkan mencapai 30 cm. Sementara banjir dikabarkan melanda wilayah utara Tepi Barat, di mana air menggenangi pemukiman dan merusak lahan pertanian yang jadi mata pencaharian warga. Demikian menurut Gubernur Jenun, Talal Dweikat kepada Palestinian Radio. "Lusinan keluarga terpaksa mengungsi, Alhamdulillah tak ada korban jiwa," kata dia. 

Salju Turun di Arab Saudi 

Hal yang janggal tersebut juga terjadi Rabu (9/1/2013) di Arab Saudi. Worldbulletin menurunkan berita bahwa Tabuk—salah satu lokasi perang yang terjadi di zaman Rasulullah—diguyur salju yang sangat lebat, setelah beberapa jam lamanya dihantam badai yang sangat dahsyat. Seperti diketahui, Arab Saudi merupakan daerah gurun pasir yang sangat panas. Matahari bersinar sepanjang hari. Turunnya salju menjadi suatu fenomena alam yang langka.

Penduduk Tabuk dan juga orang-orang yang datang dari daerah lain menikmati hujan salju yang jarang terjadi itu. Jalan-jalan terutama yang menuju Gunung Alluz dipenuhi oleh kendaraan bermotor. Para petugas keamanan, pengatur lalulintas, serta pertugas kesehatan diterjunkan ke berbagai tempat berbeda guna memberikan pelayanan kepada masyarakat. Direktur lalulintas jalan raya Tabuk Brig. Muhammad bin Ali An-Najjar memperingatkan para pelancong agar berhati-hati saat berkendara di atas jalan yang terjal dan licin di daerah pegunungan. Dia juga meminta mereka agar mematuhi batas kecepatan dan menghubungi petugas jika memerlukan bantuan atau informasi. Jurubicara dari Kantor Pertahanan Sipil di Tabuk Brig. Mamduh al-Enizi menasehati agar pelancong menjauhi lembah dan jalur banjir, tidak naik ke tempat
tinggi dan tempat-tempat yang ditutupi salju.

 Departemen Kesehatan di Tabuk menerjunkan kendaraan-kendaraan ambulan yang berperalatan lengkap di daerah-daerah tersebut. Jalan-jalan yang mengarah ke daerah gurun pasir dan pengunungan di Tabuk dijejali kendaraan dari arah kota Haql dan Bada. Hujan turun di sejumlah kota di Saudi hari Rabu kemarin.


Tabuk letaknya sekitar 1500 km dari Riyad (Ibukota Arab Saudi). Sebenarnya ini bukan pertama kalinya salju turun di Tabuk. Beberapa tahun yang lalu, Tabuk juga sudah pernah diselimuti salju dengan ketebalan mencapai 20 cm. Para pengendara yang kebetulan melintas di jalanan Tabuk sengaja berhenti dan bermain salju dengan gembiranya, melompat, berguling-guling dan bersalto. Mereka tampak gembira sekali dan sama sekali tak menyangka bahwa negaranya diguyur salju
sedemikian rupa.(islampos)

Wednesday, January 02, 2013

Sunnah Untuk Mengeraskan Suara Azan



Adzan adalah ibadah dan termasuk syi'ar Islam yang masyhur dan teragung. Amalan ini terus
dilaksanakan semenjak disyariatkannya sampai wafatnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Baik ketika malam maupun siang. Baik ketika bepergian maupaun bermukim. Tidak pernah terdengar bahwa beliau pernah meninggalkannya atau memberikan dispensasi untuk tidak mengerjakannya.

Disunnahkan mengeraskan suara adzan sehingga sampai ketelinga manusia yang belum hadir di masjid. Baik dengan meninggikan suara atau dengan menggunakan pengeras. Agar maksud adzan yang sebagai panggilan shalat tercapai. Inilah madhab Syafi'i, Hambali, dan satu pendapat dari Hanafi. (Lihat: Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik Kamal: I/378)

Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata kepada Ibnu Abi Sha'sha'ah, "Aku lihat kamu sangat suka dengan kambing dan gurun. Jika kamu sedang mengembalakan kambingmu atau sedang berada di gurun, maka kumandangkanlah adzan dengan suara yang keras. Sebab tidaklah jin, manusia atau benda lainnya mendengarkan suara muadzin, kecuali mereka akan memberikan persaksiannya pada hari kiamat." Abu Said berkata, "Aku mendengarnya dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam." (HR. Al-Bukhari  3053 dan al-Nasa'i 640)

Imam Abu Dawud dalam Sunannya menuliskan: "Bab Meninggikan (mengeraskan) suara saat adzan". Lalu beliau menyebutkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
"Muadzin (orang yang mengumandangkan adzan) diberi ampunan untuknya sejauh suaranya dan akan disaksikan oleh semua benda yang basah dan yang kering. Satu orang yang mendatangi shalat maka dicatat untuknya dua puluh lima shalat dan diberi ampunan untuknya antara dua shalat." (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami', no. 7744 dan Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud, no. 515)

Maksud "Muadzin (orang yang mengumandangkan adzan) diberi ampunan untuknya sejauh suaranya” adalah muadzin diberi ampunan dengan sempurna dengan jauhnya suara itu sampai. Makna lainnya, ini sebagai perumpamaan. Jika dosanya banyak dan mencapai sejauh suaranya itu, maka diberi ampunan untuknya dengan sebab itu. Ringkasnya, kerasnya suara akan terdengar oleh manusia. Setiap orang yang mendengar suara adzan lalu terpanggil oleh suara dan panggilan tersebut, maka muadzin tadi diberi ganjaran dan pahala serta diampuni dosanya dengan sebab itu.

Maksud dari "dan akan disaksikan oleh semua benda yang basah dan yang kering", setiap benda basah dan kering yang suara adzan sampai kepadanya akan menjadi saksi untuk muadzin pada hari kiamat.
Maksud "Satu orang yang mendatangi shalat maka dicatat untuknya dua puluh lima shalat dan diberi ampunan untuknya antara dua shalat," yakni: orang yang hadir shalat karena menyambut seruan ini maka muadzin diberi pahala besar. Baginya pahala 25 shalat dan ampunan antara dua shalat berikutnya dengan sebab shalat yang dikerjakan tadi.

Sama-sama dimaklumi, muadzin adalah orang yang menghadiri shalat berjamaah, hadir di masjid, dan mendapatkan pahala shalat berjama'ah. Di tambah lagi dengan ampunan yang diperolehnya di antara dua shalat. Maka apa yang diperoleh oleh orang yang menyambut seruannya, maka ia pun mendapatkannya. Tapi ia mendapat tambahan karena menjadi sebab datangnya mereka ke masjid.


Kesimpulan

Mengeraskan adzan menjadi tuntutan. Karena tujuannya menyampaikan suara nida' (panggilan) kepada manusia. Dan ini bisa terwujud dengan benar-benar mengeraskan suara sampai diyakini telah sampai kepada telinga umat. Jika dilantunkan secara pelan dan mendayu-dayu tentu tujuan ini tidak terwujud. Terlebih para ulama menyebutkan, adzan dengan sayup-sayup dan mendayu-dayu termasuk dari kesalahan dalam adzan.

Syaikh Abu Malik Kamal dalam Shahih Fiqih Sunnah menyebutkan beberapa kesalahan dan amal bid'ah dalam azan. Pada urutan pertama disebutkan, "Melagukan dan meliuk-liukan suara secara berlebihan dalam adzan." (Shahih Fiqih Sunnah: I/392)

Semoga tulisan ini menjadi sarana meluruskan wacana untuk menghilangkan azan oleh orang awam (dalam agama), -bukan ulama namun berbicara tentang syariat ibadah- tentang anjuran agar adzan tidak terlalu keras, sebaliknya adzan lebih baik dikumandangkan dengan sayup-sayup. Wallahu Ta'ala A'lam.

Penulis : Badrul Tamam
Sumber : voa-islam.com



Sebelum Shalat Tahajjud Haruskah Tidur Dahulu?



Shalat Tahajjud atau sering juga disebut Shalat malam merupakan shalat sunat muakkad. Keutamaannya mendekati wajib tetapi bukan shalat wajib. Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya untuk mengamalkan shalat ini. Karenanya orang-orang saleh terdahulu menjadikannya sebagai kebiasaan.
 
Manfaat shalat tahajud juga telah dijelaskan pada Al Quran Surah Al Israa:79 :

”Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.”

Shalat malam dan tahajjud sendiri merupakan hal yang sama. Menurut Ibnu Faris : orang yang ber-tahajud adalah orang yang salat di waktu malam.” (Sumber: Fathul Bari, 3:5, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Cet. 1, Thn. 1419 H/1998 M).

Waktu shalat malam adalah setelah sholat ‘isya sampai dengan sebelum waktu sholat shubuh. Dengan demikian, semua shalat yang dilakukan setelah 'isya (di luar shalat sunat rawatib 2 raka'at setelah 'isya) sampai masuknya waktu shubuh, disebut dengan shalat malam. Banyak orang yang beranggapan bahwa untuk tahajjud, kita harus tidur terlebih dahulu. Pernah salah seorang teman saya beropini bahwa tahajjud yang didahului tidur lebih afdhol karena dia berusaha lebih keras untuk bangun melawan godaan dan beribadah tidak terganggu oleh kantuknya. Anggapan ini kurang tepat karena tidur bukanlah 'keharusan' atau 'syarat sah'nya tahajjud.

Rasulullah salallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila kamu mengantuk ketika shalat, maka tidurlah terlebih dahulu sampai hilang rasa kantukmu. Karena bila kamu mengantuk dalam shalat, mungkin suatu ketika kamu bermaksud memohon ampunan kepada ALLAH, tetapi ternyata kamu justru memaki-maki diri kamu sendiri."
[HR. Bukhari 205, Muslim 1309]

Tidur terlebih dahulu adalah anjuran, bukan keharusan, karena waktu utama tahajjud adalah 1/3 terakhir malam agar kita tidak mengantuk dan kepayahan. Namun, semampu kita, tidur ataupun tidak tidur terlebih dahulu, shalat malam adalah ibadah yang sangat direkomendasikan karena banyak sekali keutamaannya.

Pernah Abu Bakar berselisih dgn Umar masalah shalat tahajud itu musti tidur dulu atau tidak. Keduanya kemudian menghadap kepada Rasulullah dan menceritakan masalahnya, yaitu bahwa Abu Bakar suka bertahajud tanpa tidur dulu, sedangkan Umar tidur dulu. Rasulullah hanya menjelaskan bahwa Abu Bakar adalah orang yg hati2 (karena gak pengen tahajudnya terlewat), sedangkan Umar yg tidur dulu itu adalah orang yg kuat.

Suatu hari nanti di Padang Mahsyar, Allah akan menanyakan pada umat manusia, siapa golongan orang-orang yang jauh perut dari tempat tidurnya di waktu malam (maksudnya orang-orang yang rajin shalat tahajjud). Maka golongan ini menyisih dari orang banyak, tidak menjalani penghisaban. Sedangkan umat yang lain melanjutkan untuk dihisab. 

Semoga Allah memudahkan kita mengamalkannya.