Tuesday, December 03, 2013

Mau Kerja di Jepang? Silakan Baca Dulu Ini..!


Saat ini anda sedang membaca: Mau Kerja di Jepang? Silakan Baca Dulu Ini..! Semoga artikel ini memberi manfaat. Banyak teman yang pernah saya temui di Indonesia yang sangat berkeinginan untuk bekerja di negeri sakura. Tapi sayang, sedikit sekali informasi yang berhubungan dengan itu. Kelihatannya sangat menjanjikan tapi ya kok sulit sekali ya? Dan, saya mencoba untuk berbagi sedikit informasi, semoga bisa menjadi pertimbangan bagi kita.

1. Passport dan visa 
Banyak orang yang mencoba menempuh cara ilegal agar bisa bekerja di Jepang. Berangkat dengan passport biasa dan visa turis, kemudian menetap hingga masa berlaku visa habis. Akibatnya main kucing-kucingan sama petugas imigrasi biar ngga dideportasi. Sangat tidak disarankan mencoba cara ini!
Ada beberapa cara yang mungkin bisa ditempuh:

a. Mengikuti magang kerja ke Jepang. 
Biasanya kesempatan ini diadakan oleh Depnaker atau lembaga swasta tertentu yang sudah punya jaringan ke Jepang. Sebelum dikirim, peserta magang akan dibekali dengan kemampuan bahasa Jepang dan keahlian khusus yang dibutuhkan di sebuah industri.


b. Bekerja di perusahaan Jepang.
Kadang perusahaan ini akan mengirim karyawannya ke Jepang untuk bekerja disana. Tapi tentu bagi orang kebanyakan kemungkinan ini kecil. 

c. Mendaftar sekolah di Jepang
Cara ini cukup sering dilakukan oleh orang-orang dari negara dunia ketiga. Ini sering dilakukan pemuda/pemudi dari Nepal, Vietnam, Cina, Korea dan Filipina. Pendaftarannya bisa dilakukan secara online. Silakan dicek sendiri melalui internet, sepertinya banyak yang menawarkannya. Cuma biaya sekolah di Jepang, sangatlah mahal. Setahunnya sekitar JPY 700.000 atau IDR 70.000.000. Biasanya bisa dicicil 2 semester.
Biasanya visa yang didapat hanya untuk sekolah di lembaga bahasa dengan jangka waktu 1,5 tahun. Nah, untuk yang sudah lulus, sering mencoba untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1. Banyak dari orang-orang yang sekolah tersebut hanya memanfaatkan visanya saja sehingga mereka tidak lulus. Mereka secara total hanya untuk bekerja dan mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Disarankan untuk hal ini, tetap seimbang dalam sekolah dan bekerja karena jika mampu melanjutkan ke jenjang perkuliahan, maka visanya juga bisa diperpanjang.

d. Melalui Pernikahan
Cara ini nasib-nasiban. Beruntung bagi yang dapat menikah atau ada saudara kandungnya yang menikah dengan orang Jepang. Cuma, pemerintah Jepang cukup ketat dalam hal ini. Mereka memberi waktu minimal bagi pasangan yang sudah menikah sebelum menjadi permanent resident. Selain itu juga ada keharusan punya anak. 
Bisa juga bagi isteri atau suaminya yang dapat kesempatan sekolah ke Jepang, cuma visanya menjadi bersifat dependent.

2. Keahlian Bahasa
Bisa dikatakan kalau mau kerja di Jepang, wajib menguasai bahasa Jepang, minimal level 2 khususnya percakapan. Bagaimana tidak.. Orang Jepang pada umumnya seperti alergi dengan bahasa asing sekalipun itu bahasa Inggris. Yang paling terbiasa dengan bahasa Inggris biasanya juga hanya di kalangan akademis yang bersifat Internasional dan yang kerjanya biasa berhubungan dengan orang asing. Sekali anda bisa bercakap dengan mereka, mereka akan sangat terbuka bagi anda karena biasanya orang Jepang memang cukup ramah.

3. Biaya (Catatan JPY 1 = IDR 100)
Nah ini sangat penting!!! Perlu diketahui bahwa Jepang punya dua kota dengan Biaya Hidup Tertinggi di Dunia. Tokyo dan Osaka. Dan dua kota ini menjadi tujuan utama untuk mencari pekerjaan karena ketersediaan lapangan kerja yang cukup luas. Mari kita lihat berapa rata-rata kebutuhan hidup per bulan dengan kondisi hemat:

a. Tempat tinggal
Rata-rata untuk apartemen termurah bisa dapat JPY 50.000 single. Cara yang lebih murah mungkin bisa dengan sharing kamar berdua, sehingga bisa menjadi JPY 25.000 saja. 
b. Air, Listrik dan Gas
Tiga kebutuhan wajib ini memang sudah standar dan tidak bisa ditawar. Rata-rata untuk ketiganya dalam kondisi hemat sekitar JPY 5000. Pemakaian bisa melebihi tergantung musim. Misalnya musim panas akan butuh listrik lebih besar untuk AC dan di musim semi, gugur serta musim dingin akan butuh gas lebih untuk pemanas.
c. Transportasi
Akan butuh cukup banyak biaya untuk kemana-mana karena transportasi umum dan murah di Jepang hanya dua, kereta api (densha) dan bus. Untuk kereta api, jarak terpendek biasanya berbiaya JPY 150. Jadi kira-kira akan butuh sekitar JPY 10.000.
d. Makan
Ini adalah biaya yang cukup besar, tergantung apakah anda akan membeli makanan jadi atau memasaknya. Nilainya akan sangat signifikan. Cara terhemat adalah dengan memasak. Beras murah berat 5 kg harganya sekitar JPY 1500. Dan kalau bisa hunting menemukan bahan-bahan masakan murah, akan sangat membantu. Estimasi biaya makan 1 orang sekitar JPY 10000.
e. Komunikasi
Biaya telepon akan sangat penting karena anda akan sering menelepon untuk keperluan pekerjaan. Menelepon ke nomor telepon kantor (denwa) akan mahal. Begitu juga ke nomor dengan provider berbeda. Bagusnya pilih nomor dengan provider Softbank karena cukup luas penggunanya. Rata-rata penggunaan per bulan JPY 5000.

Dengan mengenyampingkan kebutuhan lain-lain, maka rata-rata kebutuhan pokok 1 orang per bulannya menjadi JPY 80.000 atau JPY 55.000 bagi yang bisa sharing kamar. Ini setara dengan IDR 8.000.000 dan IDR 5.500.000 bagi yang bisa sharing kamar.
Bagi yang belum punya pekerjaan, disarankan mempersiapkan untuk hidup 3 bulan.
Biaya lainnya yang perlu disediakan lainnya adalah ongkos pesawat dan pengurusan administrasi lainnya. 

4. Teman atau Relasi
Sangat disarankan sudah punya teman atau relasi yang sudah tinggal di Jepang. Penting untuk mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan karena cara hidup dan cara bekerja orang Jepang sangatlah berbeda dengan negara asal kita. Semakin banyak semakin baik.

Semoga informasi ini bisa berguna.

(Penulis, Tokyo 2013)












Jalan-Jalan ke Perut Bumi Tokyo


Saat ini anda sedang membaca artikel: Jalan-Jalan ke Perut Bumi Tokyo. Semoga artikel ini memberi manfaat. Alhamdulillah saya mendapat kesempatan langka untuk jalan-jalan ke bawah tanah di Kota Tokyo ini. Bersama-sama dengan teman-teman dari Chiyoda Friendship, sebuah jejaring pertemanan beranggotakan orang-orang dari berbagai negara, kami mengunjungi pusat penggalian saluran air Tokyo. Penggalian dikelola pemda Tokyo, untuk pengelolaan dan pengolahan air minum (kalo di Indonesia PDAM kali ya). Pusat penggalian dibangun seperti hanggar, lengkap dengan fasilitas dan perlengkapan penggalian modern. Dan setiap harinya hanya dikelola oleh 7 orang saja! 


Awalnya kami semua diberikan penjelasan dan presentasi mengenai pengelolaan, pengadaan dan distribusi air bersih di Tokyo termasuk teknologi yang digunakan. Dengan teknologi mereka, mereka bisa mengatasi kebutuhan yang besar, meminimalkan kebocoran air (katanya kebocoran hanya 2% lho! Sugoi!), dan penerapan teknologi baru baik dalam penggalian maupun perpipaan. Mereka menggunakan pipa dengan teknologi terbaru yang mereka kembangkan. Hasilnya, pipa akan lebih tahan gempa dan tidak mudah bocor.
Presentasi dulu... Ada pertanyaan?

Model pipa air dengan teknologi terbaru untuk mengatasi kebocoran

Safety first, sebelum turun ke terowongan
Selanjutnya, kami mulai jalan-jalan ke bawah tanah. Kami dibagi menjadi 4 kelompok. Melalui sebuah tangga yang sangat aman, kami turun sekitar 10 meter ke bawah tanah. Dari situ, kemudian berjalan memasuki sebuah terowongan yang cukup panjang. Terowongan ini dilengkapi dengan rel untuk mempermudah pekerjaan.

Ke bawahnya sedalam 10 meter

Kalau sudah di bawah, melihat ke atas, ternyata cukup jauh ya..

Inilah terowongan yang dimaksud.

Mesin pengolahan buangan hasil galian.
Sesudah mengunjungi tempat penggalian kami juga mengunjungi tempat penggalian lainnya di sebuah jalan raya. Penggalian ini memperlihatkan kalau ternyata di bawah jalanan Tokyo itu banyak terowongan seperti ini. Dan itu sudah dibangun lama oleh pemerintah Jepang untuk mempermudah pengelolaan kebutuhan rakyatnya. Terowongan ini bukan hanya untuk saluran air bersih, tapi juga untuk pembuangan, kabel listrik, telepon, fiber optic, dan sebagainya. Untuk Indonesia agar bisa seperti ini, kita cuma bisa berdoa ..

Mengunjungi penggalian atau pembukaan lubang konstruksi di sebuah jalan raya


Mesjid Camii Tokyo, Mesjid terbesar dan Tercantik di Tokyo


Saat ini anda membaca artikel : Mesjid Camii Tokyo, Mesjid terbesar dan Tercantik di Tokyo. Semoga artikel ini memberi manfaat. Berlokasi di Yoyogi Uehara, Tokyo, Mesjid Camii menjadi pusat peribadahan muslim yang terbesar Tokyo. Dengan lokasi berdampingan dengan kedutaan besar negara Turki, mesjid ini dikelola langsung oleh kedutaan tersebut. Mesjid ini tidak terlalu jauh dari stasiun Yoyogi Uehara, sekitar 10 menit berjalan kaki.

Mesjid berlantai tiga, dimana lantai pertama untuk pusat informasi Islam sekaligus etalase serta tempat berwudhu, lantai kedua untuk shalat bagi laki-laki dan lantai tiga untuk tempat ibadah perempuan. Saat shalat Jumat, mesjid ini selalu penuh dengan muslim dari berbagai negara seperti dari Turki, Timur Tengah, Malaysia, Indonesia, Afrika dan sedikit dari negara lainnya termasuk Jepang. Bahasa pengantar yang dibawakan imam mesjid adalah Turki, Inggris dan Jepang. Tempat ini juga selalu dikunjungi oleh orang-orang yang umumnya orang Jepang yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Islam atau tertarik dengan keindahannya. 

Berikut sedikit kenang-kenangan dari kunjungan ke Mesjid ini. 

Shalat Jumat 3 bahasa

Dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai bangsa

Pose dulu dengan latar belakang mesjid

Mesjid Camii, satu-satunya mesjid di Tokyo yang memiliki menara

Sering didatangi orang Jepang yang tertarik keindahannya

Bergaya Timur Tengah dengan lampu gantung yang besar

(Penulis, Tokyo 2013)

Monday, December 02, 2013

Momiji di Tokyo : Yoyogi Koen (Taman Kota Yoyogi)


Saat ini anda sedang membaca artikel - Momiji di Tokyo : Yoyogi Koen (Taman Kota Yoyogi). Semoga artikel ini memberi manfaat. Musim gugur kali ini saya sempat jalan-jalan ke taman Yoyogi, sebuah taman kota yang cukup luas di kota Tokyo. Saya ke lokasi naik kereta Chiyoda Line dan turun di stasiun Meiji jingu Mae, Harajuku. ke lokasi juga bisa ditempuh melalui stasiun terdekat lainnya yaitu Harajuku (Yamanote Line), Yoyogikoen (Chiyoda Line), Sangubashi (Odakyu Odawara Line), Kitasando (Fukutoshin Line) dan Yoyogi (Toei Uedo Line dan Chuo Line).

Untuk menikmati musim gugur di taman ini, selain dengan jalan kaki, bisa juga dengan bersepeda. Untuk yang bawa anak kecil atau bayi disarankan untuk membawa stroller. 

Taman Yoyogi dipenuhi oleh aneka jenis pepohonan. Banyak yang berwarna merah dan kuning, dan sebagian besar juga memang tetap berwarna hijau di musim gugur. Jadi anda perlu mengunjungi spot-spot favoritnya. Berikut saya bawakan beberapa spot tersebut...










(Penulis, Tokyo 2013)

Momiji di Tokyo : Tokyo University Campus Hongo



Saat ini anda sedang membaca - Momiji di Tokyo : Tokyo University Campus Hongo. Semoga artikel ini memberi manfaat. Musim gugur di Tokyo menurut saya sangat indah. ada beberapa spot di kota ini yang bisa dinikmati. Kali ini saya menyempatkan diri ke kampus Todai (Tokyo University) di Hongo. Untuk mencapainya saya turun di Stasiun Nezu, pake kereta Chiyoda Line. Stasiun lainnya yang dekat yaitu Todai Mae (Namboku Line) dan Hongo Sanchome (Toei Oedo Line). Untuk mencapai lokasi tidaklah begitu jauh, cukup jalan kaki 5-10 menit tergantung dimana stasiun kita turun.

Nah, di dalam kampus, pepohonan jenis Ginkgo Biloba memang ditanam dengan rapi membentuk lorong mulai dari gerbang utama kampus hingga gedung Auditorium Kampus (Yasuda Auditorium). Pada musim gugur, semua daunnya berubah warna menjadi kuning, menciptakan suasana yang sangat indah. Silakan menikmati beberapa gambar yang sempat saya abadikan..












Selain di lorong ginkgo tersebut, ada spot lain di kampus ini yang juga menarik. Cuma saya sedikit terlambat kesana. Kita bisa mengunjungi Kolam Sanshiro (Shansiro Pond). Kolam ini dikelilingi pepohonan yang pada musim gugur akan berwarna merah. Saat saya sampai di sana, kebanyakan daunnya sudah rontok dan berubah warna menjadi coklat. Tapi, ngga apa-apa lah ^_^.. Untuk gambar-gambarnya silakan menikmati..






(Penulis, Tokyo 2013)